PENDAHULUAN DAN RUANG
LINGKUP TAKSONOMI TUMBUHAN
Oleh :
Samiha 080914042
Karina Astri
Intan K. 080914117
Diena Fukiha 081014002
Yoestini Marine Putri 081014003
Farida Ayu Rokhimaningrum 081014006
Dosen:
Dr. Hamidah
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2011
I.
Definisi
dan Ruang Lingkup Taksonomi
Istilah
taksonomi diciptakan oleh A.P. de Candolle, seorang ahli tumbuhan bangsa Swiss di
herbarium Genewa, yang artinya teori tentang klasifikasi tumbuhan (Rideng,
1989). Secara etimologi taksonomi berasal dari bahasa Yunani: takson artinya
unit atau kelompok, dan nomos artinya hukum; jadi hukum atau aturan yang
digunakan untuk menempatkan suatu makhluk hidup pada takson tertentu.
Unsur
utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan
(identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi.
II.
Sejarah
Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Dalam garis besarnya, perkembangan
sistem klasifikasi dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
1. Periode tertua
Dalam periode ini secara formal belum
dikenal adanya system klasifikasi yang diakui (sejak ada kegiatan dalam
taksonomi sampai kira-kira abad ke-4 sebelum masehi). Sejak awal kehidupan
manusia bergantung pada bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan, manusia sejak
dahulu telah melakukan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam lingkup taksonomi,
seperti mengenali dan memilah-milah tumbuhan mana yang berguna baginya dan yang
mana yang tidak, termasuk pemberian nama, sehingga apa yang ditemukan dapat
dikomunikasikan kapada pihak lain.
Dalam zaman prasejarah orang telah mengenal
tumbuh-tumbuhan penghasil bahan pangan yang penting seperti yang kita kenal
sampai saat ini. Jenis-jenis tumbuhan ini diperkirakan telah diperkenal sejak 7
sampai 10 ribu tahun yang telah lalu, telah dibudidayakan oleh bangsa Mesir,
China, Asiria dan Tigris Di Timur Tengah serta bangsa-bangsa Indian di Amerika
Utara dan Selatan, sejak beberapa ribu tahun yang lalu telah dikenal berbagai
jenis tumbuhan yang merupakan penghasil bahan pangan, sandang, dan bahan obat
yang berarti bahwa sebenarnya merekapun telah menerapkan suatu sistem
klasifikasi, dalam hal ini suatu system klasifikasi yang didasarkan atas
manfaat tumbuhan, sehingga tidak dapat dianggap sebagai system buatan yang
tertua. Jelaslah bahwa sejak berpuluh - puluh abad yang lalu orang telah terjun
dalam kegiatan - kegiatan taksonomi tumbuhan, walaupun pengetahuan yang telah
mereka kumpulkan belum begitu berarti, juga belum ditata, belum menunjukan
hubungan sebab dan akibat, sehingga belum dapat disebut sebagai “ilmu
pangetahuan”(science) menurut ukuran sekarang.
Sekalipun tidak ada bukti-bukti
konkrit yan g berewujud peninggalan-peninggalan yang berupa dokumen-dokumen
atau bentuk karya tulis lainnya, tidak perlu diragukan lagi bahwa sesuai dengan
pernyataan Bloembergen-permulaan taksonomi tumbuhan harus digali dari kedalaman
sejarah peradaban manusia di bumi ini.
2.
Periode System Habitus ( Pada abad ke-4
sebelum masehi sampai abad ke-17).
Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu
pengetahuanh baru di anggap pada abad ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang
Yunani yang dipelopori oleh Theophrastes ( 370-285 SM) murid seorang filsuf
Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles sendiri adalah murid filsuf Yunani yang
semashur yaitu plato. Sistem klasifikasi yang diusulkan bangsa Yunani dengan
Theophrastes sebagai pelopornya juga diikuti oleh kaum herbalis serta ahli-ahli
botani dan nama itu terus dipakai sampai selama lebih 10 abad. Pengklasifikaan
tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus) yang golongan-golongan
utamanya disebut dengan nama pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat, dan terna.
System klasifikasi ini bersifat dominan dari kira-kira abad ke-4 sebelum masehi
sampai melewati abad pertengahan, dan selama periode-periode ini ahli-ahli
botani, herbalis, dan filsuf telah menciptakan sIstem-sistem klasifikasi yang
pada umumnya masih bersifat kasar, namun sering dinyatakan telah mencerminkan
adanya hubungan kekerabatan antara golongan yang terbentuk.
Theophrastes sendiri yang dianggap
sebagai bapaknya ilmu tumbuhan, dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum
telah memperkenalkandan memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis
tumbuhan. Dalam karya ini system klasifikasi yang diterapkan oleh Theoprastes
telah mencerminkan falsafah guru dan eyang gurunya ( Aristoteles dan Plato),
yaitu suatu suatu system klasifikasi tumbuhan berdasarkan bentuk dan tekstur.
Selain golongan-golongan pohon, perdu, semak seperti yang disebut di atas, ia
juga mengadakan pengelompokan menurut umur dan membedakan tumbuhan berumur
pendek (annual), tumbuhan berumur 2 tahun (biennial), serta tumbuhan berumur
panjang (perennial). Theophrastes juga telah dapat membedakan bunga majemuk
yang berbatas (centrifugal) dan yang tidak berbatas (centripetal), juga telah
dapat membedakan bunga dengan daun mahkota yang bebas (polipetal atau
dialipetal) dan yang berlekatan (gamopetal atau simpetal) bahkan ia telah dapat
mengenali perbedaan letak bakal daun yang tenggelam dan yang menumpang. Adapun
yang telah dilakukan oleh theoprastes hasil klasifikasi tumbuhan yang telah
diciptakan masih dianggap nyata-nyata merupakan suatu sistem artifisial.
Selama periode system habitus yang
cukup panjang ini dapat dikemukakan tokoh-tokoh lain yang memainkan peran yang
cukup penting dan dianggap telah memberikan saham yang cukup besar dalam
perkembangan taksonomi tumbuhan antara lain:
a.
Discorides
Tokoh ini adalah
seorang berkebangsaan Romawi dan hidup dalam zaman pemerintahan Kaisar Nero
dalam abad pertama sebelum masehi. Discorides yang rupa-rupanya tidak mengenal
karya Theoprastes menyatakan pentingnya pemberian Chandra atau deskripsi orang
akan dapat menggambarkan tumbuhan yang dimaksud dan menggunakannya untuk
pengenalan tumbuhan. System klasifikasi ini diciptakan Dioscorides didasarkan
atas manfaat dan sifat-sifat morfologi tumbuhan.
b.
Plinius
Hanya menghasilkan
karya-karya yang merupakan kompilasi saja dari karya-karya yang telah terbit
sebelumnya dan ditambahkan dengan bahan-bahan dari dongeng, takhayul, dan
kepercayaan-kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan
ke kalangan rakyat. Ia berpendapat bahwa semua tumbuhan di bumi ini diciptakan
tuhan untuk kepentingan manusia. System klasifikasi yang diikuti Plinius adalah
sistemnya Dioscorides yang telah membedakan pohon-pohonan, sayuran, tanaman
obat-obatan, dan seterusnya. Menjelang abad ke-16, bangkit lagi perhatian
terhadap ilmu tumbuhan yang akan membawa perkembangan taksonomi kearah yang
lain. Gambar-gambar tumbuhan yang dibuat semakin bermutu, lebih lengkap namun
masih bercampur dengan data-data mengenai penggunaannya. Dari sederetan
nama-nama tokoh terkemuka dalam bidang taksonomi tumbuhan dari masa itu dapat kita sebut antara lain :
c.
O. Brunfels (1464-1534)
Yang tergolong
dalam kaum herbalis, telah menghasilkan karya tentang terna yang dihiasi
gambar, yang sebagian besar merupakan bahan-bahan kompilasi dari karya-karya
Theoprastes , Dioscorides, dan Plinius. Sayang , buku itu memuat banyak
konsep-konsep yang keliru serta kekisruhan akibat dimasukkannya berbagai
informasi yang bersumber dari cerita rakyat dan takhayul (Gugon Tuhon). Kaum
herbalis terutama dianggap berjasa karena karya-karyanya yang dapat
dikualifikasikan sebagai Taksonomi Deskriptif. Dalam golongan mereka ini
nama-nama yang patut diketengahkan adalah:
d.
J. Bock (1489-1554) (Hieronymus
Tragus)
Adalah seorang
herbalis yang pernah menjadi guru, pendeta dan kemudian dokter yang mempunyai
hobi ilmu tumbuhan. Ia masih menggolongkan tumbuhan menjadi terna, semak dan
pohon, tetapi ia mengaku telah berupaya untuk menempatkan tumbuhan yang menurut
anggotanya sekerabat dalam katagori yang sama.
e.
L. Fuchs (1501-1566)
Kelahiran Bavaria (Jerman Barat),
adalah seorang guru besar dalam ilmu kedokteran di Tubingen Jerman Barat. Dia
terkenal dengan karya-karyanya dalam bidang ilmu tumbuhan yang benar pada
masaanya.
F.
R. Dodoneus (1516-1518)
Seorang dokter
kelahiran Mechelen, Belgia. Dia pernah menjelajahi Prancis, Jerman dan Italia
serta menjadi dokter di kota kelahirannya. Dia adalah penulis Het Cruyde Boek
yang pada masanya sangat mashur.
G.
M. De L’obel(1545-1612)
Berkebangsaan
Inggris dan pernah mengadakan mengadakan perjalanan di Denmark dan Rusia. Dia
memiliki sebuah kebun botani di London dan penulis sebuah karya besar tentang
ilmu tumbuhan. Dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya dengan karya-karyanya yang
tidak kalah menariknya tentang Taksonomi Deskriptif.
3.
Periode Sistem Numerik
Periode ini terjadi pada permulaan
abad ke 18, yang ditandai dengan sifat sistem yang murni artifisial, yang
sengaja dibuat sebagai sarana pembantu dalam identifikas tumbuhan. Sistem ini
tidak menggunakan bentuk dan tekstur tumbuhan sebagai dasar utama
pengklasifikasian. Tetapi pengambilan kesimpulan mengenai kekerabatan antara
tumbuhan. Dalam periode ini tokoh yang paling menonjol adalah Karl Linne
(Carolus Linneaus).
Dibawah bimbingan Dr. Rudbeck ia
menerbitkan karyanya yang pertama kali mengenai seksualitas tumbuhan. Setelah
menjadi dosen ia menerbitkan karyanya yang berjudul Hortus Uplandikus
yang memuat nama-nama semua tumbuhan yang terdapat dikebunraya di Upsala, yang
susunannya mengikuti sistem de Tournefort. karena jumlah tumbuhan dikebun raya
tadi makin besr jumlahnya maka linneaus menerbitkaan Hortus Uplandikus
edisi baru yang disusun menurut ciptaannya sendiri yang dikenal sebagai Sistema
Sexsuale atau sistem seksual. Doktor Gronovius seorang dokter dan
naturalis, begitu oleh Linneaus, dan Lawson menawarkan kepada Linneaus untuk
membiayai penerbitan naskahnya yaitu Sistema Naturae yang memuat
dasar-dasar pengklasifikasian tumbuhan hewan dan mineral. Selama tahun 1737
sewaktu dinegeri Belanda karya Linneaus yang diterbitkan berjudul Genera
Plantarum dan Flora Lavonica sambil menunggu pencetakan
naskah-naskah itu Linneaus diberi kesempatan oleh Clifford untuk berkunjung ke
Inggris, dan sekembalinya dari Inggris selama sembilan bulan ia menyiapkan
naskah Hortus Cliffortianus yang berisi jenis-jenis tumbuhan yang
dipelihara dalam kebunnya Clifford selama tiga tahun di Belanda dari tahun 1737
sampai 1739 merupakan masa yang paling produktif bagi Linneaus. Kurang lebih
ada 14 judul tulisannya terbit waktu itu, yang sebagian besar telah
dipersiapkan ketika ia masih di Swedia. Setelah kembali lagi ke Swedia tidak
lagi terbit karyanya yang berarti dari linneaus selain spesies plantarum yang
terbit 1 mei 1753. Pada tahun 1775 ia mengundurkan diri sebagai guru besar dan
tiga tahun kemudian meninggal dunia setelah menderita sakit selama kurang lebih
2 tahun (10 januari 1778).
Sistem klasifikasi tumbuhan yang
diciptakan oleh Linnaeus masih dikategorikan sebagai sistem artivisial. Nama Sistema
Sexsuale untuk sistem yang diciptakan sebenarnya tidak begitu tepat karena
pada dasarnya sistem ini tidak ditekankan pada masalah jenis kelamin, tetapi
pada kesamaan jumlah alat-alat kelamin seperti jumlah benangsari. Nama-nama
golongan tumbuhan yang diciptakan oleh linnaeus seperti monandria (berbenang
sari tunggal), diandria (berbenangsari dua), triandria berbenangsari tiga dan
seterusnya. Itulah sebabnya sistem klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus
dikenal pula sebagai sistem numerik.
Ciptaan Linnaeus ini meupakan sistem
yang dinilai revolusioner untuk masa itu, dan memberikan pengaruh yang lebih
besar dari pada sumbangan linnaeus yang lain,dan sistem ini sengaja dirancang
sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai
pencipta sistem tatanama ganda yang ia terapkan dalam bukunya Species
plantarum yang diterbitkan pada tanggal 1 mei 1753 yang menjadi pangkal
tolak berlakunya tatanama tumbuhan yang diakui.
Sesungguhnya linnaeus dianggap tidak
tepat bila ia sebagai pencipta tatanama ganda. Sebelum linnaeus, sistem
tatanama ganda telah dirintis oleh caspar bauhin, yang dalam tahun 1623 dalam
bukunya pinax theatri botanici telah menerapkan sistem tatanama ganda
pada tumbuhan. Karena besar jasa-jasa yang diberikan oleh linnaeus bagi
perkembangan taksonomi umumnya dan taksonomi tumbuha n khususnya bagi dunia
ilmu hayat linnaeus mendapatkan gelar sebagai “ bapak taksonomi” baik hewan
maupun tumbuhan dan juga mendapat pengakuan dari negara yang diberikan oleh
raja swedia yang mengangkat linnaeus ke jenjang bangsawan, sehingga nama karl
linne diubah menjadi karl von linne.
Linneaus juga berperan penting dalam taksonomi
tumbuhan yang membangkitkan minat dan semangat siswa yang kemudian beberapa
diantaranya menjadi tokoh seperti gurunya :
A. Peter Kalm ( 1716 – 1779)
Yaitu salah seorang murid linnaeus
yang berkebangsaan swedia yaitu sebagai kolektor dan penjelajah dengan
ekspedisinya ke finlandia dan rusia.
B. F. Hasselquist ( 1722 – 1752 )
Yaitu salah satu murid favrite
linnaeus yang selama 2 tahun mengadakan koleksi di timur tengah. Ia mengkoleksi
tumbuhan asli dari Palestina, Arab, Mesir, Suriah dan Smyrna.
C. P Forskal ( 1731 – 1760 )
Yaitu salah satu murid Linnaeus dari
Finlandia yang pernah terpaksa berpakaian sebagai petani untuk menghindari
penganiayaan orang-orang badui ketika mengadakan ekspedisi dari Denmark, dari
koleksi Forskal inilah Linnaeus dapat mengetahui flora Mesir, terutama yag ada
disekiatar Kairo.
D. C.P. Thunberg ( 1743- 1828)
Yaitu murid Linnaeus yang telah
menulis dua buku flora dari sejumlah besar karya – karya ilmiah lainnya. Ia
pernah mengadakan koleksi didaerah tanjung harapan di Afrika Selatan dan
menemukan sekitar 300 jenis tumbuahan yang baru untuk ilmu pengetahuan.
E. J.A Murray ( 1740- 1791)
Yaitu salah seorang murid Linnaeus
yang sangat pandai, yang kemudian menjadi guru besar di Universitas Goningen,
Jerman barat, penerbit karya Linnaeus system vegetabilum edisi ke
13,14,dan 15. Ia juga menulis berbagai publikasi dalam bidang tumbuhan.
F. J. Roemer ( 1763- 1819)
Yairu seorang guru besar di
Zurich,Swis, yang bersama schules menerbitkan karya linnaeus systema
vegetbilum edisi 16.
G. Cl.Wildenow ( 1765- 1812)
Adalah guru besar dalam ilmu hayat di
Universitas Berlin dan direktur kebun raya Berlin, yang bertindak pula sebagai
penyunting (editor) species plantarum edisi ke-IV yang ditulis kembali
dan diperluas.
H. J.Schultes (1773- 1831)
Yaitu guru besar di Wina dan di
universitas lain, penulis flora austria dan bersama-sama roemer
menerbitkan karya Linnaeus systema vegetabilum edisi 16. Setelah
meninggalnya linnaeus pada tahun 1783, koleksi tersebut dibeli oleh J.E.Smith
(1758-1828) yang akhirnya dijual tiga kali lipat kepada himpunan Linnaeus d
London (linnean society of London) yang memiliki seluruh koleksi Linneaus dan
menyimpannya hingga sekarang.
4.
Periode Sistem Klasifikasi Yang Didasarkan
Atas Kesamaan Bentuk Atau Sistem Alam ( Pada Akhir Abad Ke-18 Sampai Pertengahan Abad Ke-19).
Menjelang berakhirnya abad ke-18
terjadi perubahan-perubahan yang revolusioner dalam pengklasifikasiaan
tumbuhan. Sistem klasifikasi yang baru ini disebut “sistem alam” yaitu golongan
yang terbentuk merupakan unit-unit ynag wajar (natural) bila terdiri dari
anggota-anggota itu,dan dengan demikian dapat tercermin pengertian manusia
mengenai yang disebut yang dikehendaki oleh alam. Secara harfiah istilah
“sistem alam” untuk aliran baru dalam klasifikasi ini tidak begitu tepat karena
pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem buatan. Untuk sitem
klasifikasi yang digunakan dalam periode ini, digunakan nama “sistem alam”
(natural system) dengan maksud untuk memenuhi keinginan manusia akan adanya
penataan yang tepat yang lebih baik dari sistem-sistem sebelumnya
Dalam periode ini tokoh-tokoh yang
dikemukakan dalam periode ini adalah:
A. M.Adanson ( 1727- 1806)
Yaitu seorang ahli tumbuhan
berkebangsaan Perancis dan seorang anggota akademi ilmu pengetahuan di
Universitasa Sorbonne,Paris. Yaitu ia menolak semua sistem artifisial,
menggantikan dengan sistem alam, ia termasuk orang yang pertama-tama mengadakan
eksplorasi tumbuhandidaerah tropika yang dalam bukunya families des plantes ia
telah membedakan dan mendeskripsi unit –unit pada waktu sekarang setar dengan
yang kita kenal sebgai bangsa (ordo) dan suku ( familia).
B. G.C. Oeders (1728- 1791)
Seorang ahi tumbuhan berkebangsaan
denmark yang antara lain telah menulis flora Sleeswijk Holstein dan Denmark.
C. J.R. de Lamarck (1744-1829)
Seorang ahli ilmu hayat berkebangsaan
Perancis,yang bagi para ahli taksonomi tumbuhan dikenal sebagai penulis flora
francoise yang ditulis berupa kunci untuk pengidentifiasian tumbuh-tumbuhan
diperncis, dan Lamarck juga dikenal sebgai penulis fhilosophie zoologique
dan echele animale dan dianggap sebagai slaha seorang perintis lahirnya
teori evolusi. Teorinya dikenal dengan nama “lamarckisme”, yang menyatakan
perubahan lingkungan yang dapat mengubah struktur organisme, menimbulkan yang
herediter sering menjadi bahan ejekan dikalangan ahli ilmu hayat.
D. De Jussieu bersaudara Antoine de
jussie ( 1686- 1758)
Benard de jussie (1699-1776), joseph
de jussieu (1704-1779). Tiga saudara de jussie yang merupakan putera-puteri
seorang apoteker di Lyon. Perancis. Yang ketiga-tiganya kemudian menjadi ahli
taksonomi tumbuhan yang bernama Antoine dan Benard adalah murid Pierre Magnol
(1638-1715) yang menjadi guru besar dan direktur kebun raya di mompellier.
Perancis. Benard menyusun kembali klasifikasi menurut sistem ciptaannya
sendiri,tetapi banyak kemiripannya dengan sistem linnaeus yang ditetapkan dalam
karyanya yang berjudul fragmenta methodi naturalis dan sistem ray dalam
bukunya methodue plantarum benard membagi tumbuhan bangsa dalam tumbuhan
biji tunggal dan tumbuhan biji belah, dan diadakan pembagian lebih lanjut
mengenai kedudukan bakal buah, ada atau tidaknya mahkota bunga,dan ada tidaknya
pelekatan daun-daun mahkota bunga.
E. Joseph
(1709-1779)
Yang termuda dari ketiga De jussieu
bersaudara ini tinggal bertahun-tahun di Amerika Selatan untuk studi dan
pembuatan koleksi.
F. All de Jussieu (1748-1836)
Telah mempublikasikan karyanya yang
pertama yang memuat suatu sistem klasifikasi tumbuhan yang baru. Saran
klasifikasi tumbuhan dari De jussie adalah sebagai berikut:
i.
Acotyledoneae
terdiri atas satu kelas dengan 6 suku fungi, algae, hepaticae, musci, filices,
njades.
ii.
Monocotyledoneae
terdiri atas 3 kelas dengan 16 suku .
iii.
Dicotyledoeae yang
terbagi dalam:
·
Monoclinae yang dibag lagi dalam 3 golongan
a. apetalae terdiri atas 3 kelas
dengan 11 suku
b. monopetalae terdiri atas 4 kelas
dengan 25 suku
c. polypetalae terdiri atas 3 kelas
dengan 57 suku
·
Diclinae terdiri atas 1 kelas dengan 5 suku
De jussie
menjadi guru besar yang dikenal sebagai De
Candolle, nama ini merupakan nama keluarga yang tiga generasi
berturut-turut menghasilkan tokoh-tokoh yang sangat mashur dalam dunia ilmu tumbuhan,
khususnya taksonomi. Mereka itu adalah :
a. Augustin Pyramus De Candolle (1778-1841)
Yang adalah murid R.L Desfontaines
(1752-1833 yang bertahun-tahun menjabat Guru Besar ilmu tumbuhan di Paris dan
direktur Kebun Raya di sana, penulis Flora Atlantica dan berbagai publikasi
lainnya. De candolle sendiri kemudian
menjadi Guru Besar di Montpellier (Prancis) dan akhirnya di Geneva (swiss). Ia
menjadi sangat mashur sebagai pemrakarsa dan penulis sepuluh jilid pertama
sebuah karya monumental yang berjudul Prodromus SystematisNatural Regni
Vegetabilis, previsi edisi ke-III karya Lamarck Flora Francoise, dan pencipta
system klasifikasi tumbuhan disebut menurut namanya (system de Candolle), yang
banyak hal mirip sistemnya de Jussieu, tetapi jauh lebih luas. Ia juga
berpendapat, bahwa sifat-sifat anatomi dapat dijadikan dasar klasifikasi yang
lebih kuat dari pada sifat-aifat fisiologi. Garis besar system klasifikasi de
Candolle adalah sebagai berikut :
I. Kelas Dicotyledoneae (exogenae)
1. Anak kelas thalamiflorae, yang
terdiri atas 4 kohor dan 51 marga
2. Anak kelas Calicyflorae, yang
terdiri atads 64 marga
3. Anak kelas Corolliflorae dengan 23
marga
4. Anak kelas Monochlamydeae dengan 20
bangsa
II. Kelas Monocotyledonea (Endogenae)
1. Anak kelas Phanerogamae dengan 21
marga
2. Anak kelas Cryptogamae dengan 5
bangsa
III. Kelas Acotyledonae (Cellulares)
1. Anak kelas Foliaceae, yang mencakup
Musci dan Hepaticae.
2. Anak kelas Aphyllae, yang meliputi
Lichenes, HIpoxyla, Fungi dan Algae.
b. Alphonso De Candolle (1806-1893)
Anak Augustin de Candolle yang
menyelesaikan tugas ayahnya, sehingga Prodromus yang tersisa itu ditulis oleh
spesialis-spesialis dengan Alpohso de candolle sebagai penyuntingnya. Ia
sendiri menulis jilid pertama buku-buku Suites au Prodromus dan penyunting
kelima jilid buku-buku yang merupakan kelanjutan Prodromus yang diprakarsai
ayahnya.
c. Casimir De Candolle (1838-1918)
Adalah anak Alfonso yang menulis
berbagai monografi antara lain tentang Meliaceae dan Piperaceae, dan bertindak
sebagai editor untuk menyrlesaikan keempat jilid Suites au Prodromus yang masih
tersisa.
d. Robert Brown (1773-1858)
Adalah kolektor tumbuhan dan penulis
publikasi yang penting. Sekalipun ia sendiri tidak menciptakan suatu system
klasifikasi, tetapi karya-karyanya mempunyai pengaruh yang besar terhadap
system-sistem klasifikasi yang diciptakankemudian. Ia telah menunjukan bahwa
Gymnospermae adalah golongan tumbuhan yang ditandai dengan adanya bakal biji
yang telanjang dan harus dipisahkan dari angiospermae. Ia juga orang pertana
yang menjelaskan morfologi bunga dan penyerbukan pada asclepiadeaceae dan
Polygalaceae. Ia pun dikenal sebagai penemu suatu fenomenon yang hingga
sekarang kita kenal sebagai “gerakan Brown”
e. John Llindley (1799-1865)
Adalah Guru Besar ilmu Tumbuhan di
London. Ia sangat tenar dengan ahli Anggerik. Ia mengusulkan suatu system klasifikasi
yang didasarkan atas aspek-aspek terbaik yang ia ambil dari para pendahulunya.
System Lindley merupakan system alam yang pertama yang secara luas digunakan
Inggris dan Amerika, antara lain juga merupakan system klasifikasi alam yang
paling komprehensif yang ditulis dalam bahasa inggris.
f. Brongniart (1801-1847)
Adalah Guru Besar ilmu Tumbuhan dan
anggota Akademik Ilmu Pengetahuan di Paris dan merupakan seorang ahli
paleobotani dan taksonomi. Sebagai penulis sejumlah besar karya-karya dalam ilmu
tumbuhan, ia antara lain mengusulkan suatu system klasifikasi tumbuhan sebagai
berikut :
I. Cryptogamae
1. Amphigenes (Algae, fungie,
lichenes)
2. Aerogenes (Musci, Cryptogamae
beberkas angkutan dan characeae)
II. (Phanerogamae)
1. Monocotyledonae
b. Perispermae
c. Aperispermae
2. Dicotyledonae
A. Angiospermae
a) Gamopetalae
b) Dialypetalae
B. Gymnospermae
Letak kelemahan system Brongniart ini
adalah penempatan angiospermae dan gymospermaedalam lingkungan Dicotyledonae
g. St. L. Endlicher (1804-1849)
Adalah Guru besar Ilmu Tumbuhan,
Direktur Kebun Raya dan Museum Botani di Wina. Dari sekian banyak publikasinya,
ia tercatat sebagau salah seorang penganjur system alam yang termuat dalam
bukunya Genera Plantarum yang memuat 8835 marga yang 6235di antaranya adalah
dari tumbuhan berberkas angkutan. System klasifikasinya yang termuat dalam
General Plantarum itu terbit kira-kira pada masa yang bersamaan dengan
terbitnya system bronkniart, dan dianggap sebagai salah satu sumbangan yang
besar dalam sejarah klasifikasi tumbuhan. Endlicher mengklasifikasikan tumbuhan sebagai berikut :
Region I Thallophyta
Sectio 1. Protophyta (Algaedan Lichenes)
SEctio 2. HYsterophita (fungi)
Region II Cormophyta
SEctio 3. Acrobrya
Kohor 1. Acrybrya anophyta (Hepaticae dan Musci)
Kohor 2. Acrybrya protophyta (calamariae, felices, hidropterides)
Kohor 3. Acrobrya Hysterophyta (Rhizantheae)
Sectio 4. Ampibrya (Monocotiledonae)
Sectio 5. Acramphibrya
Kohor 1. Gymnospermae
Kohor 2. Apetalae
Kohor 3. Gamepetalae
Kohor 4. Dialypetalae
h. G. Benmtham (1800-1884) dan J. D Hooker
(1817-1911)
George Bentham pada mulanya adalah
seorang amatir, tetapi setelah mencapai usia separuh baya telah memberikan
sepenuh perhatiannya kepada Ilmu taksonomi tumbuhan. Ia menjadi ahli taksonomi
yang sangat mashur, disamping itu juga ahli bahasa dan menguasai bahasa latin
dengan baik, dan penulis berbagai karya dalam bidang taksonomi tumbuhan, antara
lain Flora of Australia, hongkong, dan nomografi-monografi dunia untuknsejumlah
suku seperti Polygonaceae, labiatae, dll.SS
5. Periode Sistem Filogenetik (Pada Pertengahan abad ke 19 hingga sekarang).
Teori evolusi, teori desendensd atau
teori keturunan seperti yang diciptakan oleh darwin merupakan suatru teori
hingga sekarang oleh sebagian orang terutama tokoh agama masih dianggap
kontroversial dan tetap ditentang kendati ajaran itu tetap diterima dan cepat
tersebar luas dikalangan kaum ilmuan yang begitu fanatik terhadap teori ini
sampai ada yang menyatakan, bahwa “ evolusi bukannya teori lagi, tetapi adalah
suatu aksioma yang tidak perlu diragukan kebenarannya, dan oleh krenanya tidak
perlu diperdebatkan lagi “.
Sistem klasifikasi dalam periode ini
berupaya untuk mengadakan penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan
urutan - urutan golongan itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan
demikian juga menunjukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan yang satu dengan
yang lain. Jadi dalam klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah “filogeni”
dan dari sini lahirlah nama “sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa kemudian
muncul sistem klasifikasi yang berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan
interpretasi para ahli biologi mengenai yang disebut filogeni itu masih berbeda
– beda.
Contoh tokoh – tokoh ahli taksonomi
tumbuhan sebagai berikut :
A. Alexander Braun (1805 – 1877)
Merupakan seorang ahli tumbuhan yang
dikenal sebagai pakar morfologi dan pengenal baik “Flora Eropa Tengah”. Sebagai
pelopor sistem filogenetik ia membedakan tumbuhan seperti dibawah ini :
I. Tingkat Briophyta
1. Kelas Thallodae (Algae, Lichenes,
Fungi)
2. Kelas Thallophyllodae (Chorinae,
Muscinae)
II. Tingkat Cormophyta (Felices)
III. Tingkat Anthophyta
a. Bagian besar Gymnospermae
b. Bagian besar Angiospermae
1. Kelas Monocotyledonae
2. Kelas Dicotiledonae
1e. Apetalae
2e. Sympetalae
3e. Eleutheropetalae
B. A.W. Eichler (1839 – 1887)
Seorang ahli tumbuhan yang sangat
termashur karena publikasinya melalui diagram – diagram bunga, dan editor Flora
Braziliensis yang ditulis oleh von Martius (1794 – 1868), yang waktu menjadi
guru besar di Munich pernah mengambil Eichler sebagai asitennya. Eichler juga
pernah menjadi penulisbab tentang Coniferaedalam edisi pertama buku Die
Naturlichen Pllanzen familienyang diterbitkan oleh engler (1844 – 1930) dan K.
Prantl. Klasifikasi alam tumbuhan menurut Eichler adalah sebagai berikut:
Crytogamae
I. Afdeling Thallophyta
1. Kelas Algae
2. Kelas Fungi (sebagai kelompok
demikian pula Lichenes)
II. Afdeling bryophyta
III. Afdeling Pterydophyta
Phanerogamae
I. Afdeling Gymnospermae
II. Afdeling Panerogamae
1. Kelas Monokotiledoneae
2. Kelas Dikotiledonae
C. Adolp
Engler (1844-1930)
Merupakan ahli taksonomi tumbuhan yang
berkebangsaan Jerman yang sangat termashur, penulis atau editor sejumlah
karya-karya dalam taksonomi yang sangat penting, antara lain Die Naturlichen
Pflanzenfamilien yang meliputi lebih dari 20 jilid dari bersama-sama dengan K.
Prantl. Sistem engler membagi alam tumbuhan dalam sejumlah Afdeling yang
garis-garis besarnya sebagai berikut :
ü Afdeling
Schizophyta
ü Afdeling
Phytosarcodyna
ü Afdeling
Flagellatae
ü Afdeling
Diniflagellatae
ü Afdeling
Conjugate
ü Afdeling
Clorophyceae
ü Afdeling
Charophyta
ü Afdeling
Phaeophyceae
ü Afdeling
Rhodophyceae
ü Afdeling
Eumycetes
ü Afdeling
embryophyta asiphonogama
1. Sub Afdeling Bryophyita
2. Sub Afdeling Pteridophyta
ü Afdeling
Embryophyta siphonogama
1. Sub Afdeling gymnospermae
2. Sub Afdeling Angiospermae
a. Kelas Monocotiledoneae
b. Kelas Dicotyledoneae
Salah satu penyebab mengapa engler
diterima secara luas oleh ahli – ahli tumbuhan ialah karena engler dan Plantl
dalam bukunya Die Naturlichen Pflanzenfamilien menerapkan sitemnya untuk
seluruh tumbuhan mulai dari Algae sampai kepada Spermatophyta. Engler
berpendapat bahwa Monocotiledoneae lebih primitif dari pada Dicotiledoneae, dan
bahwa Orchidaceae (anggrek) lebih maju dari pada Gramineae (rumput).
D. Charles E. Besseu (1845 – 1915)
Menjadi orang pertama yang menyajikan
suatu sistem klasifikasi secara filogenetik. Ia tidak dapat menrima hipotesi –
hipotesisnya Eichler dan Engler, dan sebagai ahli ilmu tumbuhan sangat
dipengaruhi masalah asalnya jenis dan teori evolusi seperti yang dikemukakan
oleh darwin dan wallace. Pada umunya sistem Bessey adalah seperti sistemnya
Benthan dan Hooker yang ditatakembali dengan menerapkan asas-asas evaluasi
dengan mengubah istilah “cohor” menjadi “bangsa” (ordo), “orders” menjadi
“suku” (familia).
E. Richard
Wettstein (1862 – 1831)
Salah seorang guru besar ilmu tumbuhan
di Winadimana dalam sistem klasifikasinya menggunakan istilah “stamm” untuk
kategori tertinggi barangkali sering menggunakan kata “divisi”. “Abteilung”
untuk bagian “stamm” yang barangkali dapat dinamakan sekarang dengan “anak
divisi”. Selain itu dia juga masih menggunakan istilah “unter abteilung” yang
sekarang sukar dicari padananya.
F. Alfred B.
Rendle (1865 – 1939
Ia terkenal bukan hanya studinya
mengenai Gramineae, Oricidaceae, Najadaceae tetapi juga karena
kepemimpinanyabertalian dengan penyusuan peraturan-peraturan pemberian nama
secar internasional. Ia juga menulis Classification of Flowering Plants yang
terdiri atas dua jilid, yang memuat sistem kjlasifikasinya yang pada dasarnya
mengikuti sistemnya Engler dan Prantl. Sistem ciptaan Rendle lebih merupakan
sistem filogenetik modern dalam arti yang sesungguhnya. Seperti Engler dan
Plantl, ia juga berpendapat bahwa Monocotiledoneae adalah golongan paling
primitif dibandingkan dengan Dicotiledoneae.
G. Karl C.
Mets (1866 – 1944)
Metode penetuan jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antar tumbuhan yang dikembangkan Metz dan dibantu oleh Ziengenpix
ini timbul dari anggapan bahwa setiap jenis tumbuhan mengandung protein yang
pas bagi jenis itu dan timbul lain yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan
jenis itu di anggap mempunyai protein yang sejenis yang dpat dibuktikan melalui
reaksi serologi atau teori serodinostik. Metode ini ternyata berkembang pesat
dalam fiorlogi dan lazim diterapkan dalam mengidentifiikasi virus. Penerpannya
dalam duniaa tumbuhan adlah sebagai berikut, mulai dari suatu jenis tumbuhan
yang telah diketahui identifikasinya diakstrasi protein yang dianggap karasteristik
untuk jenis itu.
Jelas kiranya bahwa metode ini
merupakan metode yang cukup rumit yang tidak dikuasai oleh rata-ratanya ahli
biologi, hingga aspek ini tidak begitu banyak oleh ahli-ahli taksonomi tumbuhan
yang tidak memiliki latarbelakang pendidikan kimia yang kuat. Namun demikian,
dikalangan ahli-ahli farmasi, melaui studi formakognosi, fitokima dan
lain-lain, terutama untuk menpatkan bahan-bahan kimia dengan tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai pengobatan.
H. Hans
Halliers (Johan Gottfried Hallier) (1868 – 1932)
Diantara sekian banyak publikasinya,
termuat sistem filogenetik ciptaanya, yang masih berdasarkan atas asas-asas
filetik seperti yang dilakukan oleh Bessey, namun ia masih banyak menggunakan
hasil-hasil penelitian dalam paleobotani, anatomi, serologi, dan antogeni. Ia
menolak konsep Engler mengenai bunga yang masih dianggap primitif tetapi
memilih tipe strobiloid sebagai tipe bunga yang primitif. Penangananya pada
Monocotiledoneae tidak bgitu cermat terhadap yang ia lakukan pada Dicotiledoneae.
I. August A.
Pulle (1878)
Ia menggolongkan tumbuhan berbiji
dengan nama Spermatophyta, tetapi menolak konsep engler yang membagi divisi itu
menjadi dua anak divisi yaitu Monocotiledoneae dan Dicotiledoneae.
J. Carl
Skottberg (1880)
Sistem skottberg berbeda baik dengan pendapat
Engler maupun Wattstein, btetapi menerima baik bebrapa pendapat Bentham dan
Bessei. Seperti ia tunjukan pada penetapan Amentiferae setelah Roasales, dan
berbeda pula dengan sistem Pulle dengan memepertahankanb Primulales dalam
Sympatalae.
K. John
Hutchinson (1884 – 1972)
Sistem klasifikasi Hutchinson
menujukan kaitan – kaitan yang lebih dekat dengan sistemnya Bentham dan Hooker
serta sistemnya Bessey dari pada Engler. Walaupun sistem Hutchinson merupkan
sistem klasifikasi tumbuhan yang termasuk sistem filogenetik paling mutakhir
dan cukup terperinci tetapi hanya terbatas pada tumbuhan berbiji saja dan dari
golongan ini hanya sebagain yaitu angiospermae.
6.
Sistem Klasifikasi Kontemporer
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang pesat dalam abad ke-20 ini pasti akan berpengaruh pula terhadap
perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan. Kecenderungan untuk mengkuantitatifkan
data penelitian dan penerapan matematika dalam pengolahan data yang diperoleh
telah menyusup pula ke dalam ilmu-ilmu sosial yang semula tak pernah atau belum
memanfaatkan matematika serta belum mempertimbangkan pula
kemungkinan-kemungkinanyang dapat di capai dengan penerapan pendekatan
kuantitatif matematik.
Perkembangan teknologi, khusus nya di
bidang elektronika yang dalam abad nukluer maju dengan pesat ini, telah pula
menjamah bidang taksonomi tumbuhan, yang sejak beberapa dasawarsa belakangan
ini juga sudah di jalari “penyakit” penerapan metode penelitian kuantitatif
yang pengelohan datanya memanfaatkan jasa-jasa komputer pula. Kumputer telah
digunakan secara luas dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi
tumbuhan, yang melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yang dikenal
sebagai taksonomi numerik,taksometri atau taksonometri.
Pengolahan data secara elektronik
(EDP—Elektronic Data Processing), juga sudah diterapkan untuk berbagai prosedur
dalam penilitian taksonomi antara lain dalam penyimpanan dan pengambilan
laporan-laporan atau informasi.
Taksonomi numerik didefinisikan sebagai
metode evaluasi kuantitatif mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antar
golongan organisme dan penataan golongan-golongan itu melalui suatu
analisisyang dikenal sebagai”analisis kelompok” (cluster annalysis) kedalam
katagori takson yang lebih tinggi atas dasar kesamaan-kesamaan tersebut.
Peranan komputer adalah unutk mengerjakan perbandingan kuantitatif antara
organisme mengenai sejumlah besar ciri-ciri secara simultan.
Taksonomi numerik didasarkan atas
bukti-bukti fenetik, artinya didasarkan atas kemiripan yang diperlihatkan objek
studi yang diamati dan di catat, dan bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan
perkembangan filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi numerik bersifat
empirik oprasional, dan data serta kesimpulannya selalu dapat diuji kembali
melalui obsevarsi dan eksperimen. Langkah-langkah yang perlu diambil dalam
melaksanakan kegiatannya, meliputi berturut-turut :
- Pemilihan objek studi, yang dapat berupa individu, galur, varietas, jenis, dst. Yang penting diperhatikan ialah unit-unit yang dijadikan objek-objrk studi harus benar mewakili golongan organisme yang sedang di garap.
- Pemilihan ciri-ciri yang akan diberi angka (score). Jumlah ciri yang dipilih untuk pemberian angka harus cukup banyak. Sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) ciri, yang masinhg-masing diberi kode dan selanjutnya disusun dalam bentuk tabel atayu matriks.
- Penguksran kemiripan. Kemiripan ditentukan dengan membandingkan tiap ciri pada masing unit taksonomi operasional. Banyaknya atau besanya kesamaan diberi angka yang dinyatakan dalam persen (%).
- Analisis kelompok (cluster analysis). Matriks kemiripan kemudian didata kembali sehingga unit-unit taksonomi operasional yang mempunyai kemiripam bersama yang paling tinggi dapat dikumpulkan menjadi satu. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang memungkinkan penentuan takson atau kelompok yang sekerabat. Kelompok-kelompok itu disebut fenon dan ditata secara hirerki dalam suatu diagram yang disebut dendogram.
- Diskriminasi. Metode yang diterapkan dalam taksonometri itu dalah metode morfologi komparatif yang secara konfesional telah lazim digunakan, dengan perbedaan dalam taksonomi numerik dimanfaatkan bantuan peralatan yang canggih tyaitu komputer dan alat yang digunakan untuk menghitung lainnya.
III.
Beda
Taksonomi dengan Sistematik
|
Taksonomi
|
Sistematik
|
Fokus
|
klasifikasi dan penamaan organisme
|
taksonomi dan sistem evolusi
|
Cakupan
|
lebih sempit
|
lebih luas
|
Kegiatan
|
Identifikasi, tata nama, klasifikasi
obyek
|
Jenis-jenis organisme, keanekaragaman,
hubungan kekerabatan, dan filogeni
|
IV.
Manfaat
Taksonomi
a) Pemanfaatan Di Bidang Sandang
Sandang merupakan kebutuhan primer yang berarti memakai.
Artian memakai yaitu mengenakan helaian benang pintal atau kain yang menutupi
tubuh (berpakaian). Sandang meliputi baju, celana, maupun topi.
Tidak selamanya bahan baku tersedia sehingga
ketergantungan satu jenis bahan baku mendorong manusia untuk mencari jenis yang
lain yang memiliki ciri yang hampir sama dan memiliki keunggulan sendiri. Bahan
baku dari sandang pun berasal dari alam. Seperti kulit batang yang berguna
sebagai pewarna alami kain, kapas yang merupakan bahan baku dari kain, dan
lain-lain.
Biasanya kita menggunakan getah sebagai zat pewarna
alami kain berwarna coklat. Dengan taksonomi tumbuhan, kita bisa menggunakan
kulit batang mahoni yang juga memiliki ciri khas menghasilkan warna yang sama.
Zat warna alam adalah zat warna yang diperoleh dari alam baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pewarna alam banyak terkandung pada bagian
tumbuh-tumbuhan seperti: daun, batang, kulit batang, buah, bunga, akar dan
sebagainya, dengan kadar dan jenis “colourring matter” yang bervariatif.
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang mampu memberikan warna pada proses pencelupan
secara dingin sudah cukup dianggap punya potensi, sehingga ketahanan warnanya
akan diuji.
Tanaman Murbei merupakan makanan dari ulat sutera. Ulat
sutera akan mengkonsumsinya hingga ia merasa cukup untuk masa tidurnya
(kepompong). Kepompong ulat sutera nantinya akan diolah menjadi pintalan hingga
terbentuk kain sutera.. Bila pasokan murbei habis, kita bisa mengganti pohon
murbei dengan tanaman lain yang semarga.
B. Pemanfaatan Di
Bidang Pangan
Taksonomi
tumbuhan juga mempunyai peranan dalam program-progam pembangunan menuju ke
swasembada pangan mencakup:
a. Intensifikasi yaitu dengan memberikan saran dalam memilih
tumbuhan antar varietas atau antar jenis yang hendak disilangkan untuk
memperoleh bibit unggul.
b. Diversifikasi (pembudidayaan berbagai jenis tanaman) yaitu
taksonomi tumbuhan dapat membantu memilih jenis-jenis tumbuhan yang cocok untuk
tujuan tersebut.
c. Ekstensifikasi (perluasan areal) yaitu taksonomi dapat memilih
jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai indikator tanah.
Dari
taksonomi, kita bisa mengungkapkan nilai ekonomi tumbuhan. Dibantu dengan ilmu
botani ekonomi, kita bisa mengetahui tanaman-tanaman bernilai yang memenuhi
kebutuhan manusia.
Di sektor
pertanian, kita bisa melakukan penyilangan padi yang memiliki karakter kuat
terhadap penyakit dengan padi yang memiliki masa panen cepat sehingga diperoleh
bibit unggul yang kuat terhadap penyakit dan memiliki masa panen yang cepat. Di
sektor kesehatan, biasanya kita mengobati penyakit yang diderita dengan obat x
yang sulit diperoleh di sekitar kita, dengan adanya taksonomi kita bisa
mengetahui tanaman apa yang mengandung kandungan obat yang sama yang ada di
sekitar kita.
Taksonomi
dapat berperan dalam memilih jenis-jenis lain yang semarga dengan kedelai
(bahan baku tempe) yang mempunyai kadar lemak dan protein yang lebih tinggi,
sehingga secara teoritis dapat juga dipakai sebagai bahan baku tempe di samping
kedelai yang sudah umum dikenal. Misal, kita juga bisa menggunakan
kacang-kacangan lain.
Taksonomi tumbuhan juga bisa membantu manusia untuk bisa
memilih makanan apa saja yang bisa dimanfaatkan sebagai makanan sehat yang
mengenyangkan, beracun, atau juga sebagai obat.
Pada
kelompok tanaman obat-obatan kita bisa mengambil contoh famili Zingiberaceae.
Famili yang memiliki banyak jenis yang berkhasiat sebagai obat ini merupakan
tumbuhan perenial dengan adanya rimpang menjalar datar atau berumbi, jarang
dengan akar serabut. Batang berbraktea dan berupa batang pendukung bunga atau
batang berdaun, sangat pendek atau panjang. Memiliki famili mempunyai 47 genre
dengan 1400 spesies. Genus yang mempunyai banyak anggota seperti Alpinia
(sekitar 225 ssp), Costus (sekitar 140 ssp), Globba (sekitar 100
ssp), Amonium (sekitar 90 ssp), Zingiber (sekitar 80 ssp),
Renealmia (sekitar 70 ssp).
C.
Pemanfaatan Di Bidang Papan
Kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan terus
meningkat. Demikian pula untuk keperluan bahan bangunan. Kayu-kayu yang beredar
di pasaran sebagian besar berasal dari hutan alam yang dikelompokkan atas
jenis-jenis komersial seperti kamper, bangkirai, keruing, kayu campuran
(borneo). Karena kecepatan antara pemanenan dan penanaman tidak seimbang,
menyebabkan pasokan kayu dari hutan alam kian menurun baik volume maupun
mutunya yang mengakibatkan harga kayu menjadi relatif mahal.
Sebagai bahan konstruksi bangunan, kayu sudah dikenal dan banyak
dipakai sebelum orang mengenal beton dan baja. Dalam pemakaiannya kayu tersebut
harus memenuhi syarat : mampu menahan bermacam-macam beban yang bekerja dengan
aman dalam jangka waktu yang direncanakan, mempunyai ketahanan dan keawetan
yang memadai melebihi umur pakainya, serta mempunyai ukuran penampang dan
panjang yang sesuai dengan pemakainnya dalam konstruksi.
Biasanya kayu yang sering digunakan yaitu kayu jati, kayu sengon, glugu (batang
pohon kelapa). Karena jenis-jenis kayu ini memenuhi syarat sebagai bahan
konstruksi bangunan daripada menggunakan jenis kayu randu, batang pohon pisang,
batang pohon pepaya dan lain-lain yang memiliki jenis batang herbaceous.
Adanya klasifikasi makhluk hidup
mempunyai manfaat sangat besar yang langsung dapat dirasakan manusia, yaitu
sebagai berikut:
a. Pengklasifikasian melalui
pengelompokkan dapat memudahkan dalam mempelajari organisme yang beraneka
ragam.
b. Klasifikasi dapat digunakan
untuk melihat hubungan tingkat kekerabatan antara organisme satu dengan
lainnya.
Daftar Pustaka
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Umum (Dasar-Dasar Taksonomi
Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Singh, Gurcharan. 1999. Plant Systematics. Enfield: Science Publisher,
Inc.
Pudjoarianto, Agus, dkk. 1999. Taksonomi Tumbuhan II. Yogyakarta:
Fakultas Biologi UGM.
Judd, S. Walter, dkk. 1999. Plant Systematic A Phylogenetic Approach .
Massachusetts USA: Sinauer Associates, Inc.
No comments:
Post a Comment